Rabu, 11 Maret 2015

DALAM KUANTITATIF || Nimas Ayu Sekarningrum (135120201111044)


  • Berbicara mengenai penelitian kuantitatif, terdapat beberapa ciri penelitian kuantitatif, antara lain :
  1. Didominasi data kuantitatif yang berupa angka-angka. Mengapa? Karena penelitian kuantitatif memegang aliran positivistik yang memiliki anggapan bahwa realitas itu nyata dan universal. Ada hukum umum yang mengatur perilaku kita diluar diri kita. Dengan kata lain positivistik ini memandang secara objektif dalam penelitian kuantitatif. Sehingga dalam penelitian kuantitatif yang memandang secara objektif memerlukan ukuran standar yang dapat diukur agar mampu mrenghasilkan data penelitian yang valid dan reliabel. Data yang berupa angka-angka dalam penelitian kuantitatif dianggap merupakan data yang sudah baku dan konkret untuk menjamin validitas suatu data atau untuk memberikan hasil yang dapat terukur dalam melakukan penelitian. Meskipun demikian, penekanan pada kata 'didominasi' memberikan pengertian bahwa pengukuran berbentuk kualitatif sebenarnya juga bisa dilakukan dalam riset kuantitatif. Seperti yang dikutip dari Kriyantono (2006:39) yang menjelaskan bahwa dalam riset tidak semua hasil pengukuran berbemtuk kuantitatif, namun memungkinkan berbentuk kualitatif, misalnya berkaitan dengan ukuran tak berwujud.
  2. Alat ukur terpisah dari diri peneliti.  Dalam penelitian kuantitatif alat ukur yang digunakan tidak memperbolehkan peneliti mencampuri data dalam penelitian dengan data subyektif yang berasal dari opini atau interpretasi peneliti sendiri tentang penelitiannya. Karena penelitian kuantitatif memiliki pendekatan positivistik maka data yang dihasilkan merupakan data objektif yang bukan hasil yang dia simpulkan sendiri melainkan bersumber dari data di luar diri peneliti. Itulah sebabnypeneliti dituntut bersikap objektif dan memisahkan diri dari data. Peneliti tidak boleh membuat batasan konsep maupun alat ukur data sekehendak hatinya sendiri karena hasil analisis suatu penelitian haruslah benar-benar objektif tanpa melibatkan pemikiran intrapersonal si peneliti.
  3. Desain penelitian ditetapkan di awal. Mengapa? Karena desain penelitian berisi tahapan apa saja yang harus dilalui dalam melakukan suatu penelitian. sehingga desain penelitian bisa dikatakan menjadi peta kita untuk melakukan penelitian. Desain penelitian ini harus ditentukan sebelum penelitian dimulai, yaitu sebelum pengumpulan data dimulai. Hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti, seperti dalam Kriyantono (2006:88) yang menyebutkan bahwa desain riset ini pada dasarnya memudahkan periset agar proses rietnya terarah dan sistematis. Selain itu, desain harus objektif yakni instrumen penelitian (kuesioner) sudah teruji validitas dan reliabilitasnya dan pemilihan sampel terjamin representasinya. Penekanan yang dibuat disini ialah mengenai validitas instrumen penelitian atau alat ukur dalam penelitian diharuskan sesuai dengan apa yang diukur dan pemilihan sampel juga harus dapat mewakili seluruh populasi yang akan digunakan untuk data penelitian.
  4. Bertujuan menguji atau menerapkan teori/konsep/model/preposisi. Diartikan bahwa tujuan penelitian yakni untuk menguji teori, konsep, model maupun preposisi. Tujuan ini dimaksudkan untuk melihat pengaplikasian dari teori yang dicetuskan, maupun untuk menguji kebenaran teori melalui keluasan data yang dihasilkan penelitian kuantitatif, serta membuktikan relevan tidaknya teori dalam penerapannya dari masa ke masa. dalam Kriyantono (2006:56) dijelaskan bahwa riset harus dapat digeneralisasikan, karena itu menuntut sampel yang representatif dari seluruh populasi, operasionalisasi konsep serta alat ukur yang valid dan reliabel.
  5. Posisi data, data hanya sebagai konfirmasi teori atau teori dibuktikan dengan data.  Ciri ini berkaitan dengan ciri yang ke 4 yakni tujuan dari penelitian itu sendiri untuk mnguji hipotesis maupun hipotesis. data digunakan untuk  mengetahui pembuktian dari teori yang diuji. 
  6. Cara berpikir empiris (deduktif) artinya penelitian berangkat dari konsep-konsep atau teori-teori yang melandasinya. konsep/teori ini yang akan diujikan.  Yang dimaksudkan disini adalah cara berpikir seorang peneliti yang harus rasional dengan melalui berpikir secara empiris melalui pendekatan deduktif.

  • Judul menjadi faktor penting dalam penelitian kuantitatif. Penulisan judul dalam penelitian kuantitatif semestinya mengandung metode, subjek atau objek, relevan dengan masalah, sesuai dengan tujuan penelitian dan menarik. dibawah ini terdapat tiga contoh judul penelitian, antara lain :
o    “Sikap mahasiswa terhadap pornografi” (Studi deskriptif tentang sikap terhadap  pornografi pada mahasiswa di Kota  Malang) atau
o     Mahasiswa & Pornografi (Studi deskriptif tentang sikap terhadap  pornografi pada mahasiswa di Kota  Malang)   atau
o     Studi deskriptif tentang sikap terhadap  pornografi pada mahasiswa di Kota  Malang
Dari analisis mengenai judul penelitian kuantitatif diatas, ketiga judul tersebut merupakan judul yang sesuai digunakan untuk penelitian dari kajian ilmu sosial. Ketiga nya memiliki poin-poin yang harus dimiliki sebuah judul penelitian. Metode yang digunakan ketiga judul merupakan metode deskriptif (Survei deskriptif), objek penelitian adalah sikap mahasiswa dan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sikap mahasiswa terhadap pornografi.
Namun tidak semua judul penelitian diatas dapat dikategorikan masuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi. Untuk judul penelitian yang mumpuni dikategorikan dalam bidang kajian ilmu komunikasi, sebuah judul harus memiliki objek formal. Dengan kata lain di dalam sebuah judul melibatkan proses, produksi ataupun pengaruh tanda dan lambang di dalamnya.

  • Dalam penelitian kuantitatif, penelitian yang dilakukan haruslah valid dan reliabel. Untuk menjawab pertanyaan mengenai reliabilitas dan validitas, dan agar lebih memahaminya, cermati sebuah contoh kasus penelitian dibawah ini :
Masalah   : "Apakah ada hubungan sikap pemilih pemula terhadap parpol dengan sikap orang tua terhadap parpol?" 
 Instrumen  : Sikap orang tua saya terhadap PAN?
 Sikap         : a. SS  b.S  c.KS  d.TS  e.STS
Sampel      : Dipilih 100 siswa SMU

Validitas disini terbagi menjadi dua yakni validitas internal (apakah alat ukur sesuai dengan apa yang diukur, pemilihan teori atau konsep, pengukuran konsep (reliabilitas)) dan validitas eksternal (meliputi pemilihan sampel). (Kriyantono, 2006, h. 70). Dari penjabaran tersebut kita mengetahui bahwa contoh kasus penelitian diatas tidak valid. Hal ini dikarenakan beberapa alasan. Yang pertama, instrumen atau alat ukur yang digunakan seharusnya menghasilkan data yang valid dan reliabel, namun dalam contoh kasus penelitian tersebut instrumen tidak sesuai dengan masalah penelitian. Apakah mungkin menanyakan sikap orang tua, tetapi yang ditanya adalah anaknya? Harusnya untuk dapat menemukan korelasi,  yang ditanyakan adalah sikap orangtua dan juga anaknya. Selain itu,  bagaimana mungkin hanya menjadikan PAN untuk merepresentasikan seluruh parpol? 
Yang kedua, sampel seharusnya sesuai dengan objek penelitian, yakni siswa SMU (pemilih pemula) dan sampel kedua adalah orangtua.


Rujukan :
Kriyantono, R. (2006). Teknik praktis riset komunikasi. Jakarta : Kencana Perdana Media Group.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar