- Berbicara mengenai penelitian
     kuantitatif, terdapat beberapa ciri penelitian kuantitatif, antara lain :
 
- Didominasi
      data kuantitatif yang berupa angka-angka. Mengapa? Karena penelitian
      kuantitatif memegang aliran positivistik yang memiliki anggapan bahwa
      realitas itu nyata dan universal. Ada hukum umum yang mengatur perilaku
      kita diluar diri kita. Dengan kata lain positivistik ini memandang secara
      objektif dalam penelitian kuantitatif. Sehingga dalam penelitian
      kuantitatif yang memandang secara objektif memerlukan ukuran standar yang
      dapat diukur agar mampu mrenghasilkan data penelitian yang valid dan
      reliabel. Data yang berupa angka-angka dalam penelitian kuantitatif
      dianggap merupakan data yang sudah baku dan konkret untuk menjamin
      validitas suatu data atau untuk memberikan hasil yang dapat terukur dalam
      melakukan penelitian. Meskipun demikian, penekanan pada kata 'didominasi'
      memberikan pengertian bahwa pengukuran berbentuk kualitatif sebenarnya
      juga bisa dilakukan dalam riset kuantitatif. Seperti yang dikutip dari
      Kriyantono (2006:39) yang menjelaskan bahwa dalam riset tidak semua hasil
      pengukuran berbemtuk kuantitatif, namun memungkinkan berbentuk
      kualitatif, misalnya berkaitan dengan ukuran tak berwujud.
 - Alat
      ukur terpisah dari diri peneliti.  Dalam penelitian kuantitatif alat ukur yang
      digunakan tidak memperbolehkan peneliti mencampuri data dalam penelitian
      dengan data subyektif yang berasal dari opini atau interpretasi peneliti
      sendiri tentang penelitiannya. Karena penelitian kuantitatif memiliki
      pendekatan positivistik maka data yang dihasilkan merupakan data objektif
      yang bukan hasil yang dia simpulkan sendiri melainkan bersumber dari data
      di luar diri peneliti. Itulah sebabnya peneliti dituntut
      bersikap objektif dan memisahkan diri dari data. Peneliti tidak boleh
      membuat batasan konsep maupun alat ukur data sekehendak hatinya
      sendiri karena hasil analisis suatu penelitian haruslah
      benar-benar objektif tanpa melibatkan pemikiran intrapersonal si
      peneliti.
 - Desain
      penelitian ditetapkan di awal. Mengapa? Karena desain penelitian berisi tahapan apa
      saja yang harus dilalui dalam melakukan suatu penelitian. sehingga desain
      penelitian bisa dikatakan menjadi peta kita untuk melakukan
      penelitian. Desain penelitian ini harus ditentukan sebelum
      penelitian dimulai, yaitu sebelum pengumpulan data dimulai. Hal
      ini dilakukan untuk memudahkan peneliti, seperti dalam Kriyantono
      (2006:88) yang menyebutkan bahwa desain riset ini pada dasarnya
      memudahkan periset agar proses rietnya terarah dan sistematis. Selain
      itu, desain harus objektif yakni instrumen penelitian (kuesioner)
      sudah teruji validitas dan reliabilitasnya dan pemilihan sampel terjamin
      representasinya. Penekanan yang dibuat disini ialah mengenai
      validitas instrumen penelitian atau alat ukur dalam penelitian diharuskan
      sesuai dengan apa yang diukur dan pemilihan sampel juga harus dapat
      mewakili seluruh populasi yang akan digunakan untuk data penelitian.
 - Bertujuan
      menguji atau menerapkan teori/konsep/model/preposisi. Diartikan bahwa tujuan penelitian
      yakni untuk menguji teori, konsep, model maupun preposisi. Tujuan ini
      dimaksudkan untuk melihat pengaplikasian dari teori yang dicetuskan,
      maupun untuk menguji kebenaran teori melalui keluasan data yang
      dihasilkan penelitian kuantitatif, serta membuktikan relevan tidaknya
      teori dalam penerapannya dari masa ke masa. dalam Kriyantono (2006:56)
      dijelaskan bahwa riset harus dapat digeneralisasikan, karena itu menuntut
      sampel yang representatif dari seluruh populasi, operasionalisasi konsep
      serta alat ukur yang valid dan reliabel.
 - Posisi
      data, data hanya sebagai konfirmasi teori atau teori dibuktikan dengan
      data.  Ciri
      ini berkaitan dengan ciri yang ke 4 yakni tujuan dari penelitian itu
      sendiri untuk mnguji hipotesis maupun hipotesis. data digunakan untuk
       mengetahui pembuktian dari teori yang diuji. 
 - Cara
      berpikir empiris (deduktif) artinya penelitian berangkat dari
      konsep-konsep atau teori-teori yang melandasinya. konsep/teori ini yang
      akan diujikan.  Yang
      dimaksudkan disini adalah cara berpikir seorang peneliti yang harus
      rasional dengan melalui berpikir secara empiris melalui pendekatan
      deduktif.
 
- Judul
     menjadi faktor penting dalam penelitian kuantitatif. Penulisan judul
     dalam penelitian kuantitatif semestinya mengandung metode, subjek atau
     objek, relevan dengan masalah, sesuai dengan tujuan penelitian dan
     menarik. dibawah ini terdapat tiga contoh judul penelitian, antara lain :
 
o    “Sikap
mahasiswa terhadap pornografi” (Studi deskriptif tentang sikap terhadap  pornografi pada mahasiswa di Kota  Malang) atau 
o   
 Mahasiswa & Pornografi (Studi deskriptif
tentang sikap terhadap  pornografi pada
mahasiswa di Kota  Malang)   atau 
o     Studi deskriptif tentang sikap terhadap  pornografi pada mahasiswa di Kota  Malang
Dari analisis mengenai judul penelitian kuantitatif
diatas, ketiga judul tersebut merupakan judul yang sesuai digunakan untuk
penelitian dari kajian ilmu sosial. Ketiga nya memiliki poin-poin yang harus
dimiliki sebuah judul penelitian. Metode yang digunakan ketiga judul merupakan
metode deskriptif (Survei deskriptif), objek penelitian adalah sikap mahasiswa
dan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sikap mahasiswa terhadap
pornografi.
Namun tidak semua judul penelitian diatas dapat
dikategorikan masuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi. Untuk judul penelitian
yang mumpuni dikategorikan dalam bidang kajian ilmu komunikasi, sebuah judul
harus memiliki objek formal. Dengan kata lain di dalam sebuah judul melibatkan proses,
produksi ataupun pengaruh tanda dan lambang di dalamnya.
- Dalam
     penelitian kuantitatif, penelitian yang dilakukan haruslah valid dan
     reliabel. Untuk menjawab pertanyaan mengenai reliabilitas dan validitas,
     dan agar lebih memahaminya, cermati sebuah contoh kasus penelitian
     dibawah ini :
 
Masalah   :
"Apakah ada hubungan sikap pemilih pemula terhadap parpol dengan sikap
orang tua terhadap parpol?" 
 Instrumen  : Sikap orang tua saya
terhadap PAN?
 Sikap         : a. SS
 b.S  c.KS  d.TS  e.STS
Sampel    
 : Dipilih 100 siswa SMU
Validitas
disini terbagi menjadi dua yakni validitas internal (apakah alat ukur sesuai
dengan apa yang diukur, pemilihan teori atau konsep, pengukuran konsep
(reliabilitas)) dan validitas eksternal (meliputi pemilihan sampel). (Kriyantono,
2006, h. 70). Dari penjabaran tersebut kita mengetahui bahwa contoh kasus
penelitian diatas tidak valid. Hal ini dikarenakan beberapa alasan. Yang
pertama, instrumen atau alat ukur yang digunakan seharusnya menghasilkan
data yang valid dan reliabel, namun dalam contoh kasus penelitian tersebut
instrumen tidak sesuai dengan masalah penelitian. Apakah mungkin menanyakan
sikap orang tua, tetapi yang ditanya adalah anaknya? Harusnya untuk dapat
menemukan korelasi,  yang ditanyakan
adalah sikap orangtua dan juga anaknya. Selain itu,  bagaimana mungkin hanya menjadikan PAN untuk
merepresentasikan seluruh parpol? 
Yang
kedua, sampel seharusnya sesuai dengan objek penelitian, yakni siswa SMU (pemilih
pemula) dan sampel kedua adalah orangtua.
Rujukan :
Kriyantono, R. (2006). Teknik praktis riset komunikasi. Jakarta
: Kencana Perdana Media Group.